, APAC
424 views

Ini alasan tokenisasi dan pendanaan menjadi kunci bagi disruptor keuangan di 2024

Vincent Lau dari HSBC akan bergabung dengan lebih dari 250 pembicara di Money20/20.

Era disrupsi telah tiba di ekosistem keuangan, menandakan masa depan yang sangat menarik baik bagi fintech maupun bagaimana uang itu akan digunakan.

"Keberadaan DLT (distributed ledger technology) termasuk blockchain, mengarah pada masa depan uang yang sangat menarik dan telah melahirkan CBDC (mata uang digital bank sentral), stablecoin, dan baru-baru ini, simpanan yang ditokenisasi," kata Vincent Lau, Global Head of Emerging Payments Product, Global Payments Solutions di HSBC, dalam korespondensi eksklusif dengan Asian Banking & Finance.

Lau akan menjadi fasilitator untuk panel di konferensi Money 20/20 Asia yang akan datang, yang berlangsung pada 23-25 April 2024 di Bangkok, Thailand. Dia bergabung dengan  pembicara yang terdiri dari lebih dari 250 ahli industri, eksekutif fintech, pemimpin bank, dan regulator dari seluruh Asia.

Lantas, apa yang paling menarik bagi Lau tentang masa depan uang dan layanan keuangan? Lau merangkumnya dalam satu kata: tokenisasi.

“Tidak hanya uang yang sedang ditokenisasi, tetapi tokenisasi aset dunia nyata juga mendapatkan banyak perhatian. Selama setahun terakhir, HSBC telah mengumumkan tokenisasi obligasi di Eropa dan Hong Kong, serta emas untuk perdagangan institusi dan ritel,” kata Lau.

Simpanan yang ditokenisasi, khususnya, telah menarik perhatian kuat dari bank sentral dan peserta pasar lainnya, kata Lau. Dia mencatat hal ini menggabungkan keuntungan dan inovasi yang dimungkinkan oleh DLT dengan keamanan infrastruktur pasar keuangan yang sepenuhnya diatur.

Namun, Lau memperingatkan seiring meningkatnya minat pada simpanan yang ditokenisasi dan CBDC, risiko fragmentasi juga meningkat. Untuk itu, dia menyoroti perlunya interoperabilitas. “Interoperabilitas tetap menjadi kunci dan kemampuan untuk menghubungkan infrastruktur pasar keuangan yang baru muncul dan yang sudah ada sangat penting untuk mewujudkan manfaat yang dimungkinkan oleh tokenisasi dan CBDC untuk penyelesaian lintas batas,” kata Lau.

ALSO READ: Techcombank’s Prasenji Chakravarti lays bare their ESG strategy

Tantangan pendanaan

Meskipun ada banyak hal yang menggembirakan, namun ada juga banyak tantangan bagi para disruptor keuangan. Pendanaan startupterutama untuk perusahaan teknologi finansial (fintech)telah menghadapi kesulitan dalam setahun terakhir. Sebagai perbandingan, dari puncak tertinggi pendanaan sebesar $141 miliar pada 2021, fintech secara global hanya menerima $39 miliar secara kolektif di 2023.

"Pendiri yang telah mengumpulkan pendanaan pada masa-masa euphoric mungkin menghadapi putaran pendanaan yang stagnan atau menurun tahun ini," kata Sabrina Tachdijan, kepala Fintech & Payments Fund untuk The HBAR Foundation.

Tachdijan, yang akan berbicara dalam diskusi panel “From Pitch to Profit: Navigating Fintech Investments Successfully” pada 25 April, mencatat bahwa jumlah kesepakatan telah meningkat, tetapi valuasi "tetap moderat."

Namun, Tachdijan tidak melihat ini sebagai krisis. “Ini adalah bagian dari koreksi alami yang mencerminkan kematangan industri fintech. Dengan pemikiran ini, tim yang disiplin dan mampu beradaptasi dengan baseline baru ini akan menjadi yang paling siap untuk berkembang,” katanya.

Era disrupsi

Untuk masa depan, Tachdijan melihat peluang besar dan ruang untuk disrupsi dalam ekosistem uang.

Banyak masalah signifikan yang masih perlu dipecahkan. Mulai dari pengiriman uang yang lambat dan mahal hingga inklusi keuangan; kdi mana emungkinannya sangat banyak," kata Tachdijan.

Pendiri yang berhasil menerapkan alat modern untuk menghadapi tantangan ini akan menjadi yang paling siap dalam mengumpulkan dana tahun ini.

"AI dan blockchain, khususnya, adalah dua teknologi yang 'sangat transformatif dan saling melengkapi' untuk diperhatikan," tambahnya.

ALSO READ: Weak home sales risk worsening Chinese banks' bad loans

Kehadiran all-star

Lau dan Tachdijan hanyalah dua dari para ahli yang akanberbicara  di Money20/20 Asia, di mana mereka akan bergabung dengan lebih dari 250 pembicara lainnya dari seluruh Asia Pasifik (APAC) untuk membahas berita  dan wawasan terbaru tentang berbagai topik keuangan: perbankan, pembayaran, pinjaman, badan regulasi, insurtech, kripto, Web3, keamanan siber, identitas, dan banyak lagi.

Danny Levy, Senior Vice President Money20/20 Asia, mengatakan bahwa acara ini merupakan katalisator untuk menjembatani kesenjangan antara tradisional dan yang baru.

“Asia, dengan ekonomi yang beragam dan populasi yang paham IT, telah menjadi pusat inovasi fintech,” kata Levy.

“Money20/20 Asia adalah tujuan untuk membentuk kemitraan strategis, mengungkap peluang investasi, dan mendapatkan wawasan berharga tentang tantangan dan peluang yang ada di depan dalam lanskap fintech yang berkembang pesat,” tambahnya.

 

Pembekuan pendanaan menghantam penyedia layanan BNPL

Investor semakin sedikit mengalirkan dana ke penyedia layanan BNPL yang sudah menghadapi keuntungan margin yang tipis.

HSBC: Aliansi bank-fintech merupakan win-win

Pemberi pinjaman dapat belajar dari teknologi disruptif sambil membantu mereka mematuhi regulasi.

Tokenisasi aset perdagangan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan

Teknologi blockchain dapat mendesentralisasikan operasi keuangan dan mempermudah akses kredit.

BCA menjalankan komitmen terhadap keuangan berkelanjutan

Bank asal Indonesia ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan tata kelola dalam keputusan pemberian pinjaman.

Mengapa UNOBank mendorong embedded finance tumbuh di Filipina

Bagi UNOBank, banking interface terpadu adalah strategi pertumbuhan sekaligus upaya inklusi keuangan.

OCBC mencoba mengurangi kesenjangan manfaat bagi agen properti di Singapura

Produk terbarunya menawarkan manfaat finansial di bidang perbankan, asuransi, dan perdagangan.

Upaya Malaysia menjadi anggota BRICS untuk mendorong perombakan sistem perbankan

Namun, tantangan muncul ketika menjauh dari ketergantungan pada AS dan SWIFT.

Platform pembayaran PingPong memperoleh lisensi PJP di Indonesia

PingPong mengincar ekspansi ke pasar ekspor senilai $320 miliar di negara tersebut.

Merger dan penutupan mengancam 3.800 bank di area pedesaan Cina

Sekitar 70 bank di area tersebut telah merger sejak 2023.